Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh
Ini adalah kisah nyata, yang terukir dalam masa Penantian diri.
☀☆♥☆☀
Kisah ini dimulai ketika tanggal 7 April 2009 seorang
ikhwan yang berazam,"Ukhti, boleh ga ketika dah lulus nanti aku
menjemputmu untuk menjadi ustadzah di rumahku nanti" ucapnya kepada
seorang akhwat. Ikhwan tersebut sebut saja akhi...ia menyukai seorang
akhwat yang satu kampus dengannya. Ketertarikannya karena kelembutan
sikap dan kesolehannya. Perasaanya pun tumbuh entah dari kapan, namun ia
ingin selalu menjaga dirinya dari apa yang tidak Allah Ridhoi dan Tidak
Allah sukai, entah sesungguhnya perasaan akhwat itu memahami atau
tidak.
Perasaan itupun tumbuh di dasar hatinya yang
semakin subur, semakin lama semakin subur. Akhi menyadari bahwa cintanya
masih belum pada waktunya. Ia menyadari bahwa dirinya hanyalah seorang
mahasiwa yang belum punya apa2 untuk bisa dipertanggungjawabkan ataupun
untuk menjemputnya.
Setelah sekian lama Akhi pun
berfikir."Ya Robb..Baikkah diriku untuknya?" lamunnya sambil mencoba
memandangi diri dihadapan sebuah cermin. Perasaan inipun kian mengusik
kehidupannya, terkadang terasa duka dan kadang terasa suka. Disinilah
awal dari Cinta yang mendorong Cinta Illahi.
Akhirnya Akhi memutuskan untuk menulis sebuah surat kepada ukhti di penantian.
Yth Ukhti,
Engkau tahu bahwa diriku bukanlah siapa-siapa, bahkan hari ini pun aku
masih berfikir baikkah diriku untukmu. UKhti, ana menyadari bahwa ana
dah berazam untuk menjemput ukhti suatu hari nanti. Ukhti, dengan segala
kelemahan diri ini, ana sampaikan bahwa azam ini akan berakhir ketika;
1. Engkau menemukan ikhwan yang lebih baik daripada aku,
lebih baik dari sikapku, ucapanku dan lebih baik dari akhlakku karena
aku menyadari bahwa dirku bukanlah sesempurna yang engkau lihat. Diriku
hanyalah seorang manusia yang Allah tutupkan aibnya, namun kalau Allah
bukakan tentang aibku pasti engkau tahu bahwa aibku sungguh sangat
banyak. Aku tidak punya kelebihan apa2 untuk dibangggakan dan untuk
diberikan kepadamu kecuali Allah yang selalu menjadi pegangan dan
harapan didalam hidupku. Sementara engkau adalah seorang akhwat yang
solehah, ta’at, lembut ucapmu, bagus akhlakmu dan cerdas, mempunyai
banyak kemampuan dan keinginan yang mulia, memiliki harapan yang
diimpi-impikan yaitu mendamba seorang suami yang soleh, yang manjadi
nakhoda dalam menjalani kehidupan ini. Namun diriku belum sesempurna
yang engkau harapkan.
Ukhti, maka jika ukhti
menemukan ikhwan yang lebih baik dari pada aku terutama lebih baik
dalam masalah pemahaman agama dariku, maka silahkan ukhti pilihlah
ikhwan tersebut agar ukhti bisa bahagia dunia akhirat. kebahagian ukhti
adalah kebahgaian aku, meski entah hati ini akan bisa menerima atau
tidak namun..........Insyaallah itu adalah yang terbaik buatmu, yang
akan menjadi ladang pahala menuju Keridhoan-Nya.
2. Ketika ada hal yang aku lakukan bertentangan dengan Syari ah
Islam. Ukhtii, diriku bukanlah seorang ustad (berilmu) dan mafhum
(Faham) dalam masalah agama dengan baik. Aku hanyalah seorang insan
pembelajar yang sedang memahami dan belajar mengenal islam, pemahamanku
tentang islam masih sangat terbatas, namun keinginan yang besar untuk
tetap istiqomah dalam meningkatkan kualitas diri dihadapan Robb-Nya.
Maka Sangat besarlah kemungkinan kesalahan yang ada pada diriku baik
kesalahan ucap maupun prilakuku, maka apabila engkau temukan hal
tersebut pada diriku, maka ukhti silahkan sampaikan bahwa diriku tidak
perlu lagi menjemputmu.
Meski demikian, dengan
segala kelemahan diri dan kekurangan yang ada pada diriku, aku masih
berharap engkau tetap istiqomah menanti diriku untuk menjemputmu. Meski
sekarang ini kita jarang saling berkomunikasi dan saling menyapa, namun
dirimu tetap dihati ini, yang terukir indah di sanubari, karena sebelum
di ijab-kabulkan syari;ah tetap menjadi batasan dari interkasi kita.
Berlindung kepada Allah atas segala kegundahan dan keraguan didalam hati
ini.
Sejujurnya aku tidak tahu apakah engkau
masih istiqomah menungguku..?? namun keyakinan kepada Allahlah yang
membuatku yakin bahwa ia akan memberikan yang terbaik kepada hambaNya
dalam setiap segi-kehidupannya, yang tidak pernah mendzalimi hambaNya
dan selalu setia mendengarkan setip keluh-kesah hambaNya, meski hambaNya
terkadang memalingkan wajahNya dari petunjuk dan aturan dariMu.
Ukhti, demikian surat ini ditulis untuk menyerahkan semuanya
kepada Illahi Robbi, sebagai ketawakallan diriku untuk memohon yang
terbaik dari sisiNya. Aku memohon ma’af kalau selama ini kita sering
bertemu tapi tidak pernah bertutur sapa itu tiada lain hanyalah untuk
menjaga izzah (kemuliaan )dirimu dan Iffah (Kehormatan) dirimu sebagai
seorang muslimah yang solehah, aku yakin bahwa engkau akan mendapatkan
ikhwan yang terbaik dari Allah apakah diriku ataupun Ikhwan Lain.
Sekian lama azam ini diucapkan namun, Allahlah yang lebih tahu tentang
hati setiap manusia, perasaanya di serahkan kembali kepada Allah karena
Dialah yang menitipkan perasaaan ini. Namun Akhi masih meyakini bahwa
"Dirimu adalah seorang akhwat terbaik dalam hidupku, namun aku belum
tentu yang terbaik untukmu".
Apabila Ukhti sudah membaca surat ini dan masih tetap istiqomah menungguku maka, "Nantikanku dibatas waktu".
***
dan surat itu pun sampai pada yang dituju. Kemudian, ukhti membaca surat itu, lalu membalasnya...
yth Akhi,
dengan segala kerendahan hati ukhti katakan, ukhti sudah paham apa yang
antum ingin capai kelak pd masanya. dan ukhti katakan, sungguh bahagia
seseorang yang akan antum jemput itu...
silakan antum berazam, silakan antum tunggu hingga saatnya...
dan ukhti pun akan menunggu hingga saatnya...
namun untuk saat ini, ukhti mohon agar kita bisa saling menjaga hati.
ukhti sadari diri ini belum bisa menjaga hati dengan baik.
ukhti kutip sepenggal surat itu,
"Aku memohon ma’af kalau selama ini kita sering bertemu tapi tidak
pernah bertutur sapa itu tiada lain hanyalah untuk menjaga izzah
(kemuliaan )dirimu sebagai seorang muslimah yang solehah,"
dan sikap
tersebut adalah lebih baik menurut ukhti, ukhti mohon maaf jika ada
sikap yang mengecewakan antum. jika antum sudah mengerti maksud ukhti,
ukhti harap ini adalah komunikasi kita yang terakhir yang membahas
hubungan yang belum saatnya ini, hingga saatnya nanti, agar hati ini
bisa terjaga. atas dasar saling percaya, mudah-mudahan antum bisa
percaya bahwa ukhti akan tetap menunggu antum hingga saatnya.
ukhti tunggu di Juni 2012 y, mudah-mudahan saat itu antum sudah siap dengan segalanya, begitu juga ukhti.
selamat berjuang mencari Ridho Illahi
Wassalamu’alaykum
ditutupnya surat itu dan dikirimkan, dengan harapan hati bisa terus terjaga, sikap pun bisa terus terjaga...
hati dan sikap ukhti dan akhi bisa terus terjaga...
semoga...
dan ukhti itu berazam untuk tetap menunggu, hingga masanya...
***
Diantara kita tidak ada ikatan yang mengikat, karena
sesungguhnya ikatan yang mengikat menurut pandangan syari;ah hanyalah
ikatan pernikahan. sementara azam hanyalah suatu keinginan yang kuat
dengan berdasarkan syari’ah islam serta tetap memohon agar Allah
memberikan yang terbaik untuk kita,.
Oleh karena itu
tidak ada hak dan kewajiban yang harus tertunaikan karena ukhti masih
ghoir muhson (akhwat yang bukan muhrim), maka tidak menutup kemungkinan
kalo engkau menerima dan memilih seorang ikhwan yang lebih baik dariku.
Barakallah fik ..semuanya dikembalikan kepada Allah karena
Dialah yang Maha Mengetahui yang terbaik buat Hamba-Nya dengan tetap
berhusnudzan kepada-Nya.
♥Boleh jadi kamu mencintai
sesuatu padahal itu buruk buatmu dan boleh jadi engkau membenci sesuatu
padahal itu baik buatmu♥(Qs.Al-baqarah)
Yakinlah atas keputusan dan kehendak dari Allah.
"Ya Robb, kami serahkan semuanya kepada-Mu, karena kami
yakin engkau akan memberikan yang terbaik buat kami karena Engkau tidak
pernah mendzalimi hambaMu sedikitpun". Aminnnn Ya Robbal ’alamin.
Siluet Jingga
Selamat Datang di Telaga Inspirasiku....
Semoga kalian menikmati dan menemukan beribu Hikmah di Setiap Jengkal Telaga Inspirasiku..
Cinta di Bawah Naungan Illahi
16:49 |
Read User's Comments(0)
21:27 |
~•❀•~ Hapuskan Air Mata Dipipi Hilangkan Lara Dihati ~•❀•~
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh
~Bismillaahirrahmaanirrahi
❀•ღ~•❀•ღ~•❀•ღ~•❀•ღ~•❀•ღ~•❀
Sahabat saudaraku filah...
Kegelisahan, kedukaan dan air mata adalah bagian dari sketsa hidup di dunia. Tetesan air mata yang bermuara dari hati dan berselaputkan kegelisahan jiwa terkadang memilukan, hingga membuat keresahan dan kebimbangan. Kedukaan karena kerinduan yang teramat sangat dalam menyebabkan kepedihan yang menyesakkan rongga dada. Jiwa yang rapuh pun berkisah pada alam serta isinya, bertanya, dimanakah pasangan jiwa berada. Lalu, hati menciptakan serpihan kegelisahan, bagaikan anak kecil yang hilang dari ibunya di tengah keramaian.
Keinginan bertemu pasangan jiwa, bukankah itu sebuah fitrah? Semua itu hadir tanpa disadari sebelumnya, hingga tanpa sadar telah menjadi bagian hidup yang tak terpisahkan. Sebuah fitrah pula bahwa setiap wanita ingin menjadi seorang istri dan ibu yang baik ketimbang menjalani hidup dalam kesendirian. Dengan sentuhan kasih sayang dan belaiannya, akan terbentuk jiwa-jiwa yang sholeh dan sholehah.
Duhai...
Betapa mulianya kedudukan seorang wanita, apalagi bila ia seorang wanita beriman yang mampu membina dan menjaga keindahan cahaya Islam hingga memenuhi setiap sudut rumahtangganya.
Allah Subhanahu wa Ta'ala pun telah menciptakan wanita dengan segala keistimewaannya, hamil, melahirkan, menyusui hingga keta'atan dan memenuhi hak-hak suaminya laksana arena jihad fii sabilillah. Karenanya, yakinkah batin itu tiada goresan saat melihat pernikahan wanita lain di bawah umurnya? Pernahkah kita menyaksikan kepedihan wanita yang berazam menjaga kehormatan diri hingga ia menemukan kekasih hati? Dapatkah kita menggambarkan perasaannya yang merintih saat melihat kebahagiaan wanita lain melahirkan? Atau, tidakkah kita melihat kilas tatapan sedih matanya ketika melihat aqiqah anak kita?
Letih...
Sungguh amat letih jiwa dan raga. Sendiri mengayuh biduk kecil dengan rasa hampa, tanpa tahu adakah belahan jiwa yang menunggu di sana.
Duhai ukhti sholehah...
Dalam Islam, kehidupan manusia bukan hanya untuk dunia fana ini saja, karena masih ada akhirat. Memang, setiap manusia telah diciptakan berpasangan, namun tak hanya dibatasi dunia fana ini saja. Seseorang yang belum menemukan pasangan jiwanya, insya Allah akan dipertemukan di akhirat sana, selama ia beriman dan bertaqwa serta sabar atas ujian-Nya yang telah menetapkan dirinya sebagai lajang di dunia fana. Mungkin sang pangeran pun tak sabar untuk bersua dan telah menunggu di tepi surga, berkereta kencana untuk membawamu ke istananya.
Keresahan dan kegelisahan janganlah sampai merubah pandangan kepada Sang Pemilik Cinta. Kalaulah rasa itu selalu menghantui, usah kau lara sendiri, duhai ukhti. Taqarrub-lah kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala. Kembalikan segala urusan hanya kepada-Nya, bukankah hanya Ia yang Maha Memberi dan Maha Pengasih. Ikhtiar, munajat serta untaian doa tiada habis-habisnya curahkanlah kepada Sang Pemilik Hati. Tak usah membandingkan diri ini dengan wanita lain, karena Allah Subhanahu wa Ta'ala pasti memberikan yang terbaik untuk setiap hamba-Nya, meski ia tidak menyadarinya.
Usahlah dirimu bersedih lalu menangis di penghujung malam karena tak kunjung usai memikirkan siapa kiranya pasangan jiwa. Menangislah karena air mata permohonan kepada-Nya di setiap sujud dan keheningan pekat malam. Jadikan hidup ini selalu penuh dengan harapan baik kepada Sang Pemilik Jiwa. Bersiap menghadapi putaran waktu, hingga setiap gerak langkah serta helaan nafas bernilai ibadah kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala. Tausyiah-lah selalu hati dengan tarbiyah Ilahi hingga diri ini tidak sepi dalam kesendirian.
Bukankah kalau sudah saatnya tiba, jodoh tak akan lari kemana. Karena sejak ruh telah menyatu dengan jasad, siapa belahan jiwamu pun telah dituliskan-Nya.
Sabarlah ukhti sholehah...
Bukankah mentari akan selalu menghiasi pagi dengan kemewahan sinar keemasannya. Malam masih indah dengan sinar lembut rembulan yang dipagar bintang gemintang. Kicauan bening burung malam pun selalu riang bercanda di kegelapan. Senyumlah, laksana senyum mempesona butir embun pagi yang selalu setia menyapa.
Hapuslah air mata di pipi dan hilangkan lara di hati.
Terimalah semua sebagai bagian dari perjalanan hidup ini. Dengan kebesaran hati dan jiwa, dirimu akan menemukan apa rahasia di balik titian kehidupan yang telah dijalani. Hingga, kelak akan engkau rasakan tak ada lagi riak kegelisahan dan keresahan saat sendiri.
Semoga.
ღ Lembut HatiMu Anggun PribadiriMU ღ Mutiara Muslimah Sholehah
22:31 |
Dear Neptunus..
Aku mencintainya.. Di depannya aku menjadi diriku sendiri Seperti airmu
yang selalu membawa semua pesanku Dia pun begitu.. Membuatku hanyut
oleh sorot matanya Membuatku lupa oleh kesedihan rasanya sampai aku tak
bisa katakan apa-apa padanya Bahkan untuk sekedar bilang rindu atau
butuh.. Banyak yang nggak ngerti lalu terluka dan saling menyalahkan
Karena itu aku takut berbicara tentang hati Maka kutuliskan saja lalu
kusimpan dan ku kirimkan ke..entah kemana..
Subscribe to:
Posts (Atom)