Bersahabat dengan Ujian Hidup, Pelecut Keimanan dan Perbaikan Diri
Ujian tak kan pernah bisa lepas dari kehidupan setiap manusia. Berbagai
bentuk ujian hidup terhampar luas di atas realita kehidupan sehari-hari
manusia. Tinggal bagaimana setiap orang melihat ujian itu, dan apakah ia mampu
mengambil hikmah di balik setiap peristiwa. Menyerap inti sari pelajaran
tentang kebijaksanaan hidup. Bagi orang yang jauh dari mengingat-Nya, tidak
sedikit yang menyikapi ujian hidup yang menghampiri dengan keputusasaan, dan
pelarian diri ke lembah kenistaan. Namun, bagi orang yang mendapat hidayah-Nya,
akan sanggup menjadikan cobaan hidup sebagai pelecut keimanan diri dan
perbaikan diri menuju pribadi yang lebih baik lagi.
Hal ini lah yang berusaha ditanamkan penulis melalui kisah kehidupan Aisya
yang tumbuh dalam badai konflik keluarga yang berkepanjangan. Ayah yang
harusnya mengambil tanggung jawab sebagai kepala keluarga, ternyata mencari
pelarian dari kerasnya ujian hidup. Saat ia difitnah menggelapkan uang puluhan
juta, dan dituntut untuk mengganti uang yang bukan semestinya, ia melupakan
keluarganya. Meninggalkan kewajiban untuk menafkahi istri dan anak-anaknya.
Juga meninggalkan Tuhannya. Ibu Aisya terpaksa harus bergantung seorang diri
pada jerih payahnya. Mulai saat itu lah, percekcokan mulai sering terdengar di
rumah kecil Aisya. Terkadang Aisya dan adik-adiknya lah yang menjadi korban
pertengkaran orang tua mereka.
Seiring berjalannya waktu, Aisya tumbuh sebagai perempuan dengan pribadi
ganda. Di sekolah ia menjadi perempuan riang, dan rajin yang bersembunyi dalam
topeng kepura-puraan, seakan tak pernah ada masalah di kehidupannya. Saat di
rumah, ia menjelma perempuan pendiam dan tertutup. Hal ini terus berlanjut
hingga pernah membuatnya hampir memilih bunuh diri akibat depresi. Namun Allah
masih menyayanginya. Allah bukakan pintu hidayah untuk Aisya. hingga Aisya kini
menjadi wanita solehah dan belajar untuk lebih dekat dengan Dzat Pemilik Segala
Kehidupan. Wanita teguh dan rela berkorban untuk kebahagiaan orang-orang yang
menyayanginya. Wanita yang pantang menyerah dalam menghadapi seberat apa pun cobaan
yang menerpa.
Pertemuan Aisya dengan Abi membuka babak baru dalam perjalanan hidup Aisya.
Abi dengan masa lalu kelamnya, tersentuh hatinya oleh kepribadian Aisya. ia pun
tersadar atas apa yang selama ini dilakukannya untuk menghalau beratnya cobaan hidup.
Menjadikan kemaksiatan pelarian bukan lah hal yang akan menjadikan hidupnya
lebih baik, malah akan menghancurkan dirinya. Ia pun kembali ke jalan-Nya.
Lewat persinggungan Abi dan Aisya mengarungi hari-hari mereka, Abi dengan penyakit
ginjalnya yang menunggu uluran tangan
pendonor ginjal untuk meneruskan hidupnya, Aisya dengan keadaan
keluarganya yang porak poranda, belum lagi Kakak perempuannya Sita, yang butuh
donor ginjal juga, menjadikan kisah ini kaya akan hikmah. Banyak pengorbanan
hidup dilakukan keduanya untuk tidak menyerah pada kerasnya hidup.
Layaknya novel remaja, ada bagian dimana percikan-percikan cinta mulai
tumbuh di antara keduanya. Namun batas-batas hubungan interaksi antar manusia
berlainan jenis tetap di pertahankan sebagaimana diajarkan oleh agama. Masa
lalu kedua insan ini lah yang menjadikan hubungan mereka terus terjalin dengan
indah.
Hingga pada suatu hari, Abi memutuskan pergi ke Jakarta untuk berobat. Ini membuat Aisyah terguncang.
Mengingatkan Aisya pada Almarhum kakaknya Yudha, yang juga pernah meninggalkan
dirinya dan berjanji akan kembali. Namun takdir berkata lain. Belum lagi
ingatan masa lalunya pergi, tentang
Dimas, lelaki yang pernah dicintainya, namun memilih pergi saat hidupnya hancur
dan meninggalkan Aisya, dengan perasaan cinta dan harapan untuk bisa hidup
bersama dalam sebuah keluarga. Aisya belum siap untuk kehilangan Abi. Lelaki
yang selama ini telah mengisi kekosongan hatinya. Abi yang diam-diam juga
menaruh hati pada Aisya, namun takut untuk mengutarakannya sebab masa lalu yang
terlanjur tertulis di lembaran hidupnya. Belum lagi penyakit yang ada dalam
tubuhnya.
Aisya kembali diterpa badai cobaan. Kali ini lebih berat, sebuah kecelakaan
yang mempertemukan orang-orang yang memiliki sejarah panjang keberadaan Aisya.
beberapa jam sebelum kecelakaan terjadi, sebagian masa lalu Aisya tersingkap di
depan matanya. Tentang siapa jati diri Aisya sebenarnya. Tidak hanya sampai di
situ, Aisya juga didiagnosa mengidap penyakit kanker otak dan Hemophilia. Ia
koma berhari-hari, seakan-akan tak ada waktu lagi yang tersisa untuknya.
Ditengah kecamuk kesedihan, dan perjuangan berat melawan penyakit yang
dialami Aisya, ada secercah cahaya harapan yang menyeruak. Aisya bertemu Ibu
yang melahirkannya, yang pernah menelantarkan Aisya kecil. Ia berjumpa papanya.
Dan sebuah harapan baru untuk masa depannya, ia akan segera menikah dengan Abi.
Didalam buku ini, pembaca akan disuguhi banyak tulisan yang menggambarkan
catatan hati seorang perempuan yang berjuang keras dalam gejolak kehidupan
keluarga, konflik batin, juga tentang pergolakan perasaan. Seorang perempuan
yang ingin membahagiakan kedua orang tuanya meski selama hidupnya tak pernah
dianggap oleh keluarga. Ia menjadikan hidupnya sebagai pengabdian dan pembaktian
diri pada orang tua. Seberapapun besarnya penolakan Ibunya yang menganggap
dirinya tak berguna.
“Aku tidak ingin mencari
kebahagiaanku sendiri. Aku akan bahagia jika aku bisa melihat lebih dulu
kebahagiaan orang-orang yang kusayangi. Sebab disanalah letak ibadahku sebagai
anak yang harus berbakti kepada orang tua dan kakakku.” (hal.241)
Lewat karyanya, tokoh Aisya terus menabung demi mengumpulkan uang untuk
mewujudkan kebahagiaan Ibu yang telah merawatnya. Meski kehidupannya terus
dirundung pilu dan penderitaan yang tiada habisnya.
Namun itu lah seorang
perempuan bernama Aisya. Karakter hidupnya mampu mengajarkan kita untuk tidak
begitu saja menyerah pada cobaan hidup yang mendera. Mengajarkan kita tentang
arti ketulusan hati. Sebesar apapun keburukan yang diberikan orang-orang
tersayang pada kita, membalasnya dengan jalan yang sama bukan lah solusi yang
positif. Hal itu hanya akan berdampak buruk bagi hidup kita. Jalan terbaik
adalah membalasnya dengan perlakuan yang lebih baik. Agar saatnya nanti, pintu
hidayah akan membukakan hati orang-orang yang telah berbuat buruk pada kita.
Dan merubah mereka menjadi diri yang lebih baik dari sebelumnya.
Sebuah novel tentang perjuangan keras seorang wanita yang bergelut dengan
kerasnya hidup, dan dalam sakit wanita ini tetap terus berkarya sekaligus
bertahan demi keluarga dan anak yang ada di dalam kandungannya. Kisah yang
menggetarkan dan menyentuh sanubari.
M. Adib Susilo, Mahasiswa IAIN Walisongo Semarang dan Penikmat Novel. Anggota Forum
Lingkar Pena Semarang.
Judul Buku : Ada Tasbih di
Hati Aisya
Penulis : Wien Oktadatu
Setyawati
Penerbit : NAJAH (Diva
Press)
Cetakan : Pertama, Mei
2013
ISBN : 978-602-7640-58-0
Tebal : 414 Halaman
Link: http://mediamahasiswa.com/sastra/resensi/2013/07/23/bersahabat-dengan-ujian-hidup-pelecut-keimanan-dan-perbaikan-diri.html
0 comments:
Post a Comment