Sejarah Jilbab dan Perjalanan Batin Perempuan dalam Pergulatan Keyakinan Memilih
Hidup
Kisah ini bercerita tentang perjalanan hidup seorang perempuan bernama
Annisa Saraswati Dian Kusuma. Ibunya adalah seorang artis yang terkenal
sedangkan Ayahnya sebelum menikah seorang produser tenar. Ketika umur Annisa
menapaki 6 tahun, Ibunya didiagnosa Kanker stadium akhir dan tak berselang
lama, ia menghembuskan nafasnya setelah selesai melaksanakan shalat taubat.
Sebelum meninggal, Ibu Annisa memberikan sebuah wasiat dalam bentuk video
rekaman, namun hanya boleh dilihat saat Annisa berulang tahun yang ke 20.
Di usia delapan belas, Annisa mulai mencapai hal-hal besar dalam hidupnya.
Rambut indah yang diwarisinya dari gen ibu membuatnya terjun ke dalam dunia
yang dulu digeluti ibunya. Ia menjelma primadona, sebagai iklan sampo. Wajahnya
menghiasi papan-papan reklame yang terserak di seantero Indonesia.
Produk-produk yang dibintanginya menjadi komoditas di segmen remaja. Kecerdasan
dan kecantikannya menjadi jaminan program-program televisi, layar lebar dan
dunia model untuk menuai rating yang tinggi. Dan ia dianggap memiliki rambut
termahal di Indonesia.
Ketenaran itu ada harganya. Dan seperti itu lah hidup dalam dunia glamour
keartisan. Saat semua orang berusaha mendekati diri dengan segala latar
belakangnya, sedikit saja terpeleset maka diri menanggung resiko yang akan
berdampak besar pada karier dan hidup seorang artis. Hal itu pula lah yang
dialami Annisa pada suatu ketika ia menghadiri undangan temannya. Meski ia
tetap bertahan dalam rayuan dan desakan teman-temannya untuk mencicipi bubuk
haram di sebuah hotel tempat temannya sesama artis mengadakan pesta, namun pada
detik terakhir, saat sebuah pintu didobrak paksa dan berhamburlah para polisi
dan reporter yang seakan telah mencium bau uang yang akan mengalir di
kantong-kantong mereka karena mendapat berita yang sensasional. Seorang artis
terkenal sedang berpesta narkoba di sebuah hotel. Uang selalu mampu berbicara
banyak. Kau tidak akan bisa mengalahkannya, kecuali bila kamu memiliki iman.
Itu kata-kata klise yang tidak pernah berarti apa-apa bagi banyak orang. Anissa
hanyalah gadis kecil yang terkoyak di bawah semesta.
Karier dan hidup Annisa mulai disorot media. Semua orang berebut untuk
mendapat keterangan dari artis sampo itu. Meski hasil tes menyatakan negatif
namun gosip telah meluncur deras di telinga para pendengar, dan media sangat
berperan besar dalam menciptakan kesan negatif dalam kariernya. Ayah dan Raj
Singh teman ayah Annisa sekaligus produsernya memutuskan untuk mengirimnya ke
Turki, bukan Paris yang selama ini ia idamkan. Di kota mode kiblat segala macam
mode dunia.
Di Kota Istanbul Annisa memulai hidup barunya, jauh dari gemerlapnya dunia hiburan
sebagaimana hidupnya di Jakarta. Di tempat ini lah lambat laun Annisa
bersinggungan dengan orang-orang yang membuatnya ingin lebih mendalami hakikat
berjilbab, sebagaimana Wasiat ibunya pada saat ulang tahunnya ke-20. Ibunya
ingin putrinya berjilbab. Ia pun bertemu Ameesha cucu Raj Singh keturunan India
yang beragama Hindu. Ia dalam kesehariannya mengenakan dupatta yang mirip
kerudung . “Brahma menginginkan wanita-wanita hindu lebih sopan dan menjaga
moralitas. Tradisional sari tidak seperti yang kau kenal sekarang. Tradisional
sari selalu disertai dengan duppata atau kerudung.” Kata Ameesha.(hal.115)
Ia menjadi artis peraga di program Nuray Aydin. Desainer busana muslimah
asal Istanbul. Yang mengajarkan banyak sejarah panjang jilbab dalam agama-agama
di dunia beserta makna yang tersirat di dalamnya. Ia diperkenalkan pada Sarila,
seorang kristen ortodoks yang juga mengenakan kerudung yang mungkin tampilan
fisiknya sedikit berbeda, namun hakikatnya sama. “pendapatku mungkin tidak
begitu penting. Tapi menurutku perempuan Kristen haruslah mengenakan tudung di
kepalanya agar menjaga kehormatan dirinya.” Jelasnya.(hal.123)
Lalu mulailah ia berjumpa, bercengkarama dengan keluarga besar Nuray Aydin
yang sudah dianggapnya sebagai kakak. Dari Anne Maryam (Ibu Mertua Nuray Aydin)
ia belajar sejarah nabi adam, sampai pada peradaban bangsa-bangsa besar zaman
dulu. Sejarah Jilbab telah berjalan
beriringan dengan peradaban bangsa Mesopotamia, Mesir, serta menjadi sebuah
simbol kebersahajaan dan kebijaksanaan perempuan. Serta sebagai penghargaan
tertinggi terhadap rambut kaum perempuan, yang sebenarnya memiliki
karakteristik seksual. Dari Adiknya ia mulai mempertanyakan kembali
keinginannya untuk memakai jilbab, dan segala resiko yang akan dialaminya
nanti. Ia juga bertemu dengan Sarah yang telah menolongnya dari gangguan pemuda
mabuk di perjalanan pulang. Kota Istanbul telah membuatnya terpesona.
Dan ketika ia memutuskan untuk menunaikan wasiat Ibunya untuk berjilbab,
banyak yang menentang keputusannya dan membujuk rayu Annisa agar memikirkan
kembali hal itu. Ada yang secara terang-terangan, seperti Ayahnya yang
diam-diam terlilit utang karena mengalami kebangkrutan saat mencoba
berinvestasi saham. Juga adiknya Fariz yang butuh uang untuk melunasi
hutang-hutang yang menumpuk. Dan ada pula yang secara terang-terangan
mengungkapkannya seperti manajernya, Sandy. Profesinya menuntut ia berjuang
meyakinkan artisnya Annisa untuk meralat keputusan memakai jilbab, karena hal
ini tentu berdampak pada kerja bisnisnya. Belum lagi kontrak-kontrak Annisa
yang belum terlaksan, serta pengajuan kerjasama pada produk Luar Negri yang
melirik Annisa sebagai Brand Ambassador produk perusahaan tersebut di Pasar
Asia Tenggara yang sayang untuk dilepas. Limpahan uang milyaran menanti mereka
di depan mata. Belum lagi regulasi pemerintah turki yang tidak membolehkan
mahasiswa memakai jilbab, meskipun hanya sebuah kursus. Hal ini menyebabkannya
tak bisa mendapatkan ijazah kelulusan.
Namun, ia telah menemukan jalannya. Ia menemukan kualitas dalam dirinya.
Dan ia telah memutuskan untuk berjilbab. Itu berarti ia harus siap menerima
segala resiko yang mungkin timbul karena keputusannya itu. Ia sudah siap
melepas segala ketenarannya. Ia pun telah menguras sisa uang tabungannya untuk
ganti rugi pada pihak perusahaan yang telah ia batalkan kontraknya. hingga
Allah menepati janji-Nya. Ia diberikan Rizki dari arah yang tak terduga. Sebuah
rumah produksi film berskala internasional ingin menjadikannya tokoh utama yang
sesuai dengan pribadinya kini. Berjilbab.
Banyak pelajaran yang bisa kita ambil dalam Buku setebal 336 halaman ini. Tentang
ujian hidup yang dialami seorang Annisa. Tentang puncak kariernya yang jatuh
dalam kecelakaan moral. Saat ia melampaui batas-batas pergaulannya. Bagaimana
pergulatan keyakinannya untuk memaknai hakikat berjilbab. Serta pengalaman
spiritualnya dengan orang-orang dekatnya di Istanbul. Banyak pesan yang
disampaikan penulis dalam bait-bait kisahnya. Dengan bahasa yang lugas, indah
dan penuturan yang ringan. Penulis berhasil meramu sejarah Jilbab, beserta
peradaban masa lampu, dengan memadukan inti sari dari agama-agama di dunia
tentang Jilbab. Meski dalam bentuk dan penyebutan yang bermacam-macam, namun
hakitatnya tetap sama.
Ini lah buku yang wajib dimiliki oleh para perempuan yang masih gamang akan
hidupnya bila memakai jilbab. Memakai jilbab haruslah dengan keputusan pribadi.
Karena itu akan berpengaruh luas kepada hubungan sosial antara diri seorang
perempuan dengan orang-orang sekitarnya. Tidak baik mengambil keputusan
berjilbab dalam bayang-bayang orang lain. Kita mungkin akan terjatuh dan
kehilangan banyak hal akibat sebuah keputusan. Namun janganlah menyerah, dan
teruslah percaya bahwa Allah tengah menguji
keteguhan kita. Dengan berjilbab kita berarti membatasi diri dan
memegang kendali untuk kapan bisa berinteraksi dengan laki-laki, sebaliknya
melepas jilbab berarti kita memberikan kesempatan kepada lelaki untuk
mengendalikan diri kita dalam berinteraksi dengan mereka. Demikianlah lah
sedikit pesan yang tertuang dalam buku ini. Selamat membaca.
M. Adib Susilo, Mahasiswa IAIN Walisongo Semarang dan anggota Forum Lingkar Pena
Semarang.
Judul Buku: Rambut Annisa
Penulis: Zaynur Ridwan
Penerbit: Salsabila (Pustaka Al Kautsar)
Cetakan: Pertama, April 2013
Tebal: 336 halaman.
ISBN: 978-602-98545-3-4
Link: http://wasathon.com/resensi-buku/view/2013/07/08/sejarah-jilbab-dan-perjalanan-batin-perempuan-dalam-pergulatan-keyakinan-memilih-hidup
0 comments:
Post a Comment