RSS

Siluet Jingga

Selamat Datang di Telaga Inspirasiku....
Semoga kalian menikmati dan menemukan beribu Hikmah di Setiap Jengkal Telaga Inspirasiku..

Join This Site and Load The Guess Book


"Andaikan semua cinta mengharuskan kepemilikan, betapa berantakannya dunia. Karena cinta bisa hadir kapan dan pada siapa saja. Mungkin itu pula sebabnya Umar ibn Khathab pernah mewanti, bahwa pernikahan tak hanya diikat dengan cinta. Ikatan yang lebih kuat adalah komitmen dan kesediaan untuk bertanggungjawab."
Komitmen atas janji sakral yang kita ucap di depan penghulu. Tanggungjawab pada pasangan yang sudah kita pilih sebagai pendamping hidup."

Ahmad Rifai Rif'an

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Pertemuan Kita



Pertemuan Kita

Seindah pertemuan kita, seindah itu pula kau memilih pergi dariku. Pertemuan kita bukanlah kesia-siaan, meski akhirnya berpisah. Mungkin ini jeda kisah kita, atau memang takdir tak menginginkan kita bersama.

Aku mengenalmu adalah anugerah, satu dari sekian banyak anugerah terindah. Kau mengajariku tentang apa yang disebut cinta. Hal yang bermuara pada titik bahagia. Air mata yang mengalir pun bisa mengekspresikan rasa bahagia, begitu pula senyummu mampu melukiskan luka.

Aku kan mengelana, menemukan arti mencintaimu dengan sederhana. Hingga tiba saatnya diriku menjadi lebih baik dari sebelumnya, lalu aku kan menyapamu dengan bangga, dan berteriak lantang “Aku bisa seperti ini karena pertemuan kita...”.

Meski saat kita bersua tak ada lagi kesempatan bagiku tuk memilikimu, aku kan tetap bahagia pernah mengenalmu, karenamu aku mampu belajar memberikan hidupku untuk orang yang mencintaiku sepenuhnya.

Sudah semestinya aku ikhlas melihatmu pergi. Karena itu pilihan hatimu. Bahagiamu adalah bahagiaku. Mewujudkan pilihan terbaikmu adalah kado terindah yang bisa kuberikan padamu untuk membuatmu bahagia.
~ 3 ~

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Dalam Angan dan Do'aku

"Engkau yang selalu ada dalam angan dan do'aku, bagiku engkau bukan lah orang lain yang ku temui kemarin sore, minggu lalu, atau setahun yang lalu. Lebih dari itu. Engkau telah menjadi bagian tak terpisahkan dari hidupku, Keluargaku, juga warna dominan yang menghiasi perjalanan panjangku.
 

Aku tak pernah berharap terlalu tinggi untuk mampu mengisi kekosongan itu, karena aku ada bukan untuk bersemayam di hatimu. Aku ada untuk berjalan bergandengan tangan di sisimu, menggenggam tanganmu saat kau terjatuh, menuntunmu saat kau mulai kehilangan arahmu. Lalu, Biarlah Takdir Cinta yang mempertautkan dua hati yang mendamba surga-Nya.

Aku bersyukur telah mengenalmu, menumbuhkan kembali mimpi-mimpiku yang telah lama layu. menggantinya dengan yang baru. Kamu adalah satu dari sekian banyak anugerah terindahku. Aku lebih takut kehilanganmu dari pada kehilangan rasa cinta yang belum pada waktunya, karena engkau adalah sumber inspirasiku. Cinta yang belum halal bisa hilang, tapi ikatan silaturrahim di antara kita tak kan pernah kubiarkan terurai karena sebuah perasaan. 

Tetap lah tegar hadapi semuanya, berjanjilah untuk tidak meneteskan air matamu untuk orang yang belum tentu memikirkanmu, karena masih banyak orang yang dengan tulus memikirkanmu dan menaruh harapan besar untuk kesuksesanmu. Bila engkau tidak siap kehilangan, maka engkau belum siap untuk memiliki.

bila engkau mengizikanku bersamamu, aku ingin selalu berdiri di sisimu. sampai engkau temukan orang yang benar-benar berarti bagimu. dan tak kan membuatmu merasakan lagi rasa sakit itu. "

[ M. A. S. 2013]

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Memori Itu...



Pagi selalu mengingatkanku padamu. Angin seakan membawa aromamu, sehangat mentari senyummu menghangatkan hatiku. Kala ku menyapamu, seringkali kau acuh. Pandanganmu selalu tertunduk dan tak ingin berlama-lama menatapku. Tapi semua itu lah yang membuatmu nampak berbeda. Dan saat itu lah aku diam-diam mencintaimu.

Kini, memori itu yang kan menemani perjalanan hidupku, tak ada lagi dirimu, aku pun tak berharap kau ingin menjalani setengah hidup bersamaku.

Aku selalu mencintaimu, meski cintamu bukan untukku. Perhatianku kepadamu bukanlah kepura-puraan semata, juga bukan untuk merusak jalinan kisahmu, apa lagi mengganggu hidupmu.
Andai ku tahu, apa yang dikatakan hatimu atas sikapku, aku tak kan mengukir cerita yang hanya membuatmu terluka.

Di setiap tempat ada kenanganku bersamamu, setiap hal mengingatkanku padamu, itu lah kenapa aku memilih menjauh. Agar tak ada lagi ruang tuk memikirkanmu.
~ 2 ~

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

ESTETIKA CINTA



Ku Memilih Pergi

Di antara deru perahu, di sini ku menunggu. Tanah Sumatera yang begitu indah pun tak bisa mengenyahkan rasa bersalahku. Aku malu pada diriku. Tak pernah ku menyangka pertemuan kita perlahan mengiris hati manusia.

Bila sedari awal ku tahu ada seseorang yang menjaga cintanya untukmu, aku tak kan pernah berharap memilikimu.

Kau dengan caramu menjauhiku, dan diammu telah mengajariku arti kesendirian. Agar aku mampu berintropeksi, dan sanggup berbenah diri.

Mungkinkah selama ini apa yang ku anggap benar telah menyakitimu, hingga air matamu tak mampu lagi tertahan.

Aku bahagia kau memilih pergi. Menjauh dengan caramu yang indah, karena ku kan sedih bila melihat air matamu jatuh karenaku.

Satu hal yang ku ingin kau tahu, aku tak bisa berhenti mencintaimu, karena hatiku telah memilihmu. Ma’af ku memilih pergi darimu.
~ 1 ~

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Resensi dimuat Media Mahasiswa 23 Juli 2013 (11)




Bersahabat dengan Ujian Hidup, Pelecut Keimanan dan Perbaikan Diri

Ujian tak kan pernah bisa lepas dari kehidupan setiap manusia. Berbagai bentuk ujian hidup terhampar luas di atas realita kehidupan sehari-hari manusia. Tinggal bagaimana setiap orang melihat ujian itu, dan apakah ia mampu mengambil hikmah di balik setiap peristiwa. Menyerap inti sari pelajaran tentang kebijaksanaan hidup. Bagi orang yang jauh dari mengingat-Nya, tidak sedikit yang menyikapi ujian hidup yang menghampiri dengan keputusasaan, dan pelarian diri ke lembah kenistaan. Namun, bagi orang yang mendapat hidayah-Nya, akan sanggup menjadikan cobaan hidup sebagai pelecut keimanan diri dan perbaikan diri menuju pribadi yang lebih baik lagi.

Hal ini lah yang berusaha ditanamkan penulis melalui kisah kehidupan Aisya yang tumbuh dalam badai konflik keluarga yang berkepanjangan. Ayah yang harusnya mengambil tanggung jawab sebagai kepala keluarga, ternyata mencari pelarian dari kerasnya ujian hidup. Saat ia difitnah menggelapkan uang puluhan juta, dan dituntut untuk mengganti uang yang bukan semestinya, ia melupakan keluarganya. Meninggalkan kewajiban untuk menafkahi istri dan anak-anaknya. Juga meninggalkan Tuhannya. Ibu Aisya terpaksa harus bergantung seorang diri pada jerih payahnya. Mulai saat itu lah, percekcokan mulai sering terdengar di rumah kecil Aisya. Terkadang Aisya dan adik-adiknya lah yang menjadi korban pertengkaran orang tua mereka.

Seiring berjalannya waktu, Aisya tumbuh sebagai perempuan dengan pribadi ganda. Di sekolah ia menjadi perempuan riang, dan rajin yang bersembunyi dalam topeng kepura-puraan, seakan tak pernah ada masalah di kehidupannya. Saat di rumah, ia menjelma perempuan pendiam dan tertutup. Hal ini terus berlanjut hingga pernah membuatnya hampir memilih bunuh diri akibat depresi. Namun Allah masih menyayanginya. Allah bukakan pintu hidayah untuk Aisya. hingga Aisya kini menjadi wanita solehah dan belajar untuk lebih dekat dengan Dzat Pemilik Segala Kehidupan. Wanita teguh dan rela berkorban untuk kebahagiaan orang-orang yang menyayanginya. Wanita yang pantang menyerah dalam menghadapi seberat apa pun cobaan yang menerpa.

Pertemuan Aisya dengan Abi membuka babak baru dalam perjalanan hidup Aisya. Abi dengan masa lalu kelamnya, tersentuh hatinya oleh kepribadian Aisya. ia pun tersadar atas apa yang selama ini dilakukannya untuk menghalau beratnya cobaan hidup. Menjadikan kemaksiatan pelarian bukan lah hal yang akan menjadikan hidupnya lebih baik, malah akan menghancurkan dirinya. Ia pun kembali ke jalan-Nya.

Lewat persinggungan Abi dan Aisya mengarungi  hari-hari mereka, Abi dengan penyakit ginjalnya yang menunggu uluran tangan  pendonor ginjal untuk meneruskan hidupnya, Aisya dengan keadaan keluarganya yang porak poranda, belum lagi Kakak perempuannya Sita, yang butuh donor ginjal juga, menjadikan kisah ini kaya akan hikmah. Banyak pengorbanan hidup dilakukan keduanya untuk tidak menyerah pada kerasnya hidup.

Layaknya novel remaja, ada bagian dimana percikan-percikan cinta mulai tumbuh di antara keduanya. Namun batas-batas hubungan interaksi antar manusia berlainan jenis tetap di pertahankan sebagaimana diajarkan oleh agama. Masa lalu kedua insan ini lah yang menjadikan hubungan mereka terus terjalin dengan indah.

Hingga pada suatu hari, Abi memutuskan pergi ke Jakarta  untuk berobat. Ini membuat Aisyah terguncang. Mengingatkan Aisya pada Almarhum kakaknya Yudha, yang juga pernah meninggalkan dirinya dan berjanji akan kembali. Namun takdir berkata lain. Belum lagi ingatan masa lalunya pergi,  tentang Dimas, lelaki yang pernah dicintainya, namun memilih pergi saat hidupnya hancur dan meninggalkan Aisya, dengan perasaan cinta dan harapan untuk bisa hidup bersama dalam sebuah keluarga. Aisya belum siap untuk kehilangan Abi. Lelaki yang selama ini telah mengisi kekosongan hatinya. Abi yang diam-diam juga menaruh hati pada Aisya, namun takut untuk mengutarakannya sebab masa lalu yang terlanjur tertulis di lembaran hidupnya. Belum lagi penyakit yang ada dalam tubuhnya.

Aisya kembali diterpa badai cobaan. Kali ini lebih berat, sebuah kecelakaan yang mempertemukan orang-orang yang memiliki sejarah panjang keberadaan Aisya. beberapa jam sebelum kecelakaan terjadi, sebagian masa lalu Aisya tersingkap di depan matanya. Tentang siapa jati diri Aisya sebenarnya. Tidak hanya sampai di situ, Aisya juga didiagnosa mengidap penyakit kanker otak dan Hemophilia. Ia koma berhari-hari, seakan-akan tak ada waktu lagi yang tersisa untuknya.

Ditengah kecamuk kesedihan, dan perjuangan berat melawan penyakit yang dialami Aisya, ada secercah cahaya harapan yang menyeruak. Aisya bertemu Ibu yang melahirkannya, yang pernah menelantarkan Aisya kecil. Ia berjumpa papanya. Dan sebuah harapan baru untuk masa depannya, ia akan segera menikah dengan Abi.

Didalam buku ini, pembaca akan disuguhi banyak tulisan yang menggambarkan catatan hati seorang perempuan yang berjuang keras dalam gejolak kehidupan keluarga, konflik batin, juga tentang pergolakan perasaan. Seorang perempuan yang ingin membahagiakan kedua orang tuanya meski selama hidupnya tak pernah dianggap oleh keluarga. Ia menjadikan hidupnya sebagai pengabdian dan pembaktian diri pada orang tua. Seberapapun besarnya penolakan Ibunya yang menganggap dirinya tak berguna.

 “Aku tidak ingin mencari kebahagiaanku sendiri. Aku akan bahagia jika aku bisa melihat lebih dulu kebahagiaan orang-orang yang kusayangi. Sebab disanalah letak ibadahku sebagai anak yang harus berbakti kepada orang tua dan kakakku.” (hal.241)

Lewat karyanya, tokoh Aisya terus menabung demi mengumpulkan uang untuk mewujudkan kebahagiaan Ibu yang telah merawatnya. Meski kehidupannya terus dirundung pilu dan penderitaan yang tiada habisnya. 

Namun itu lah seorang perempuan bernama Aisya. Karakter hidupnya mampu mengajarkan kita untuk tidak begitu saja menyerah pada cobaan hidup yang mendera. Mengajarkan kita tentang arti ketulusan hati. Sebesar apapun keburukan yang diberikan orang-orang tersayang pada kita, membalasnya dengan jalan yang sama bukan lah solusi yang positif. Hal itu hanya akan berdampak buruk bagi hidup kita. Jalan terbaik adalah membalasnya dengan perlakuan yang lebih baik. Agar saatnya nanti, pintu hidayah akan membukakan hati orang-orang yang telah berbuat buruk pada kita. Dan merubah mereka menjadi diri yang lebih baik dari sebelumnya.

Sebuah novel tentang perjuangan keras seorang wanita yang bergelut dengan kerasnya hidup, dan dalam sakit wanita ini tetap terus berkarya sekaligus bertahan demi keluarga dan anak yang ada di dalam kandungannya. Kisah yang menggetarkan dan menyentuh sanubari.

M. Adib Susilo, Mahasiswa IAIN Walisongo Semarang dan Penikmat Novel. Anggota Forum Lingkar Pena Semarang.

Judul Buku      : Ada Tasbih di Hati Aisya
Penulis             : Wien Oktadatu Setyawati
Penerbit           : NAJAH (Diva Press)
Cetakan           : Pertama, Mei 2013
ISBN               : 978-602-7640-58-0
Tebal               : 414 Halaman

Link: http://mediamahasiswa.com/sastra/resensi/2013/07/23/bersahabat-dengan-ujian-hidup-pelecut-keimanan-dan-perbaikan-diri.html

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Puisi M. Adib Susilo (Radar Seni 21 Juli 2013)



Hujan Bertutur Rasa
Setitik air tak kan terasa,

Berbaur raga penuh lelah

Namun, Hujan Berbeda

Karena ia istimewa

Hujan bertutur rasa

Bercerita ria tentang kisah-kisah manusia

Ribuan masa terlampaui

Tanpa sepenggal pun terlewati

Seperti hujan di hari ini

Berbisik lirih pada diri yang terpasung di jendela besi

Tentang anak manusia penjual roti

Menjejal tanah bertelanjang kaki

Hujan tahu apa yang tersembunyi

di dalam hati ia merintih

Meski senyum senantiasa menghiasi

Karena hidup begitu berarti

Tak pernah ia mengeluh keadaan diri

Karena hidup senantiasa diuji

Do’a bergemuruh di bibir dan hati

Tangan tiada berhenti berdzikir sunyi

Berharap hujan berhenti bernyanyi

Tuk melanjutkan amal ibadah dan menjemput rizki

Agar asap rumah tiada berhenti

Hingga berbakti pada Ibu yang menanti
Semarang, 2012

Melodi Senja di Bukit Barisan
Beribu kata tak terperih, terucap lirih menghujam hati

Tersiar kabar berpilin do’a dan sedih

Menyapa siang di keheningan sunyi

Pada jiwa yang menepi



Senja itu kini kehilangan saksi

Terburai semburat pilu pada bumi

Di bawah langit tempatnya bernaung diri

Tatapan sendu tiba-tiba menghiasi

Retak bumi menganga

Memisah rumah dengan tanah

Melerai pohon beserta akar yang gigih

Menggebrak beton berpuing-puing, laksana kapas yang terhempas



Telah jelas tanda kekuasaan-Nya

Bagi insan dengan segala kerendahan hati

Tuk bernalar mengeja bencana

Mengais hikmah dibalik kejadian ini

Melodi senja terdengar lirih mengiris sanubari

Terlihat di kejauhan tanah bukit barisan yang menjadi saksi

Tanda-tanda alam yang terulang dan tak pernah berhenti menghampiri

Sebagai peringatan pada diri untuk berintropeksi



Tuhan Maha Kuasa,

Manusia, Gunung, Lautan, dan Bumi adalah Ciptaan-Nya

Tak kan ada yang bisa menghindar dari takdir-Nya

Hanya do’a, amal ibadah, dan Mengingat-Nya lah Jalan terbaik tuk bersiap menghadap ke Sisi-Nya.

Berpayung Awan Mendung Langit Kota Semarang, 2013

Waktu Menikam Aku
Jangan pernah merasa,

Hidup hanya untuk bersantai, kawanku.

Karena kita tak kan pernah tahu,

Apa yang disembunyikan takdir dari waktu



Aku mulai menghitung waktuku

Mengakumulasi dengan kata-kata

Lalu mengurangi dengan waktu yang terbuang sia-sia

Dan yang tersisa belum lah termasuk untuk mengingat-Nya

Banyak manusia sepertiku

Terlena kenikmatan semu, lalu ditikam waktu

Harta sirna tanpa berguna, umur berkurang tanpa manfaat pada sesama

Hingga raga pun tergerogot lelah pada hidup yang tak biasa.



Kepasrahan bersemayam dengan kuasa

Waktu menghempas keras manusia yang mengacuhkannya

Takdir menampakkan wajah,

Hanya kembali kepada-Nya lah yang akan menyelamatkan hidup sebelum terlambat

Karena waktu tak kan kembali

Sebab waktu tiada terulang dua kali.
Di bawah Langit Malam Kota Atlas, 2013


M. Adib Susilo, Lahir di Lamongan 06 Juli 1991. Mahasiswa IAIN Walisongo Semarang. Anggota Forum Lingkar Pena Semarang. Dan tergabung dalam Gerakan Santri Menulis angkatan Ke-19. 
Karyanya telah dimuat di beberapa media, Purnama di Kota Atlas (dibukukan dalam Antologi Cerpen Mutiara Berdebu), Rumah Kertas (dimuat Majalah Santri), Mentari Tenggelam di Wajah Ayah, Puing Kelam Kota Lama dan Langit Muram di Atas Tanah Tak Bertuan (dimuat di Majalah Magesty). Puisi Parade Mimpi di Negeri Dongeng dimuat di Media Mahasiswa, Puisi Peluh dalam Kata, Kala Sajak Sunyi Menyapa, Aku dan Kehidupan dimuat di WAWASANews, Puisi Hujan Bertutur Rasa, Melodi Senja Bukit Barisan, Waktu Menikam Aku (Radar Seni) dan Puisi Embun Pun Kehilangan Tempat Berpijak dimuat di Eramadina.
  
Link: radarseni.com/2013/07/21/m-adib-susilo/

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS