RSS

Siluet Jingga

Selamat Datang di Telaga Inspirasiku....
Semoga kalian menikmati dan menemukan beribu Hikmah di Setiap Jengkal Telaga Inspirasiku..

Join This Site and Load The Guess Book


Resensi dimuat Media Mahasiswa 23 Juli 2013 (11)




Bersahabat dengan Ujian Hidup, Pelecut Keimanan dan Perbaikan Diri

Ujian tak kan pernah bisa lepas dari kehidupan setiap manusia. Berbagai bentuk ujian hidup terhampar luas di atas realita kehidupan sehari-hari manusia. Tinggal bagaimana setiap orang melihat ujian itu, dan apakah ia mampu mengambil hikmah di balik setiap peristiwa. Menyerap inti sari pelajaran tentang kebijaksanaan hidup. Bagi orang yang jauh dari mengingat-Nya, tidak sedikit yang menyikapi ujian hidup yang menghampiri dengan keputusasaan, dan pelarian diri ke lembah kenistaan. Namun, bagi orang yang mendapat hidayah-Nya, akan sanggup menjadikan cobaan hidup sebagai pelecut keimanan diri dan perbaikan diri menuju pribadi yang lebih baik lagi.

Hal ini lah yang berusaha ditanamkan penulis melalui kisah kehidupan Aisya yang tumbuh dalam badai konflik keluarga yang berkepanjangan. Ayah yang harusnya mengambil tanggung jawab sebagai kepala keluarga, ternyata mencari pelarian dari kerasnya ujian hidup. Saat ia difitnah menggelapkan uang puluhan juta, dan dituntut untuk mengganti uang yang bukan semestinya, ia melupakan keluarganya. Meninggalkan kewajiban untuk menafkahi istri dan anak-anaknya. Juga meninggalkan Tuhannya. Ibu Aisya terpaksa harus bergantung seorang diri pada jerih payahnya. Mulai saat itu lah, percekcokan mulai sering terdengar di rumah kecil Aisya. Terkadang Aisya dan adik-adiknya lah yang menjadi korban pertengkaran orang tua mereka.

Seiring berjalannya waktu, Aisya tumbuh sebagai perempuan dengan pribadi ganda. Di sekolah ia menjadi perempuan riang, dan rajin yang bersembunyi dalam topeng kepura-puraan, seakan tak pernah ada masalah di kehidupannya. Saat di rumah, ia menjelma perempuan pendiam dan tertutup. Hal ini terus berlanjut hingga pernah membuatnya hampir memilih bunuh diri akibat depresi. Namun Allah masih menyayanginya. Allah bukakan pintu hidayah untuk Aisya. hingga Aisya kini menjadi wanita solehah dan belajar untuk lebih dekat dengan Dzat Pemilik Segala Kehidupan. Wanita teguh dan rela berkorban untuk kebahagiaan orang-orang yang menyayanginya. Wanita yang pantang menyerah dalam menghadapi seberat apa pun cobaan yang menerpa.

Pertemuan Aisya dengan Abi membuka babak baru dalam perjalanan hidup Aisya. Abi dengan masa lalu kelamnya, tersentuh hatinya oleh kepribadian Aisya. ia pun tersadar atas apa yang selama ini dilakukannya untuk menghalau beratnya cobaan hidup. Menjadikan kemaksiatan pelarian bukan lah hal yang akan menjadikan hidupnya lebih baik, malah akan menghancurkan dirinya. Ia pun kembali ke jalan-Nya.

Lewat persinggungan Abi dan Aisya mengarungi  hari-hari mereka, Abi dengan penyakit ginjalnya yang menunggu uluran tangan  pendonor ginjal untuk meneruskan hidupnya, Aisya dengan keadaan keluarganya yang porak poranda, belum lagi Kakak perempuannya Sita, yang butuh donor ginjal juga, menjadikan kisah ini kaya akan hikmah. Banyak pengorbanan hidup dilakukan keduanya untuk tidak menyerah pada kerasnya hidup.

Layaknya novel remaja, ada bagian dimana percikan-percikan cinta mulai tumbuh di antara keduanya. Namun batas-batas hubungan interaksi antar manusia berlainan jenis tetap di pertahankan sebagaimana diajarkan oleh agama. Masa lalu kedua insan ini lah yang menjadikan hubungan mereka terus terjalin dengan indah.

Hingga pada suatu hari, Abi memutuskan pergi ke Jakarta  untuk berobat. Ini membuat Aisyah terguncang. Mengingatkan Aisya pada Almarhum kakaknya Yudha, yang juga pernah meninggalkan dirinya dan berjanji akan kembali. Namun takdir berkata lain. Belum lagi ingatan masa lalunya pergi,  tentang Dimas, lelaki yang pernah dicintainya, namun memilih pergi saat hidupnya hancur dan meninggalkan Aisya, dengan perasaan cinta dan harapan untuk bisa hidup bersama dalam sebuah keluarga. Aisya belum siap untuk kehilangan Abi. Lelaki yang selama ini telah mengisi kekosongan hatinya. Abi yang diam-diam juga menaruh hati pada Aisya, namun takut untuk mengutarakannya sebab masa lalu yang terlanjur tertulis di lembaran hidupnya. Belum lagi penyakit yang ada dalam tubuhnya.

Aisya kembali diterpa badai cobaan. Kali ini lebih berat, sebuah kecelakaan yang mempertemukan orang-orang yang memiliki sejarah panjang keberadaan Aisya. beberapa jam sebelum kecelakaan terjadi, sebagian masa lalu Aisya tersingkap di depan matanya. Tentang siapa jati diri Aisya sebenarnya. Tidak hanya sampai di situ, Aisya juga didiagnosa mengidap penyakit kanker otak dan Hemophilia. Ia koma berhari-hari, seakan-akan tak ada waktu lagi yang tersisa untuknya.

Ditengah kecamuk kesedihan, dan perjuangan berat melawan penyakit yang dialami Aisya, ada secercah cahaya harapan yang menyeruak. Aisya bertemu Ibu yang melahirkannya, yang pernah menelantarkan Aisya kecil. Ia berjumpa papanya. Dan sebuah harapan baru untuk masa depannya, ia akan segera menikah dengan Abi.

Didalam buku ini, pembaca akan disuguhi banyak tulisan yang menggambarkan catatan hati seorang perempuan yang berjuang keras dalam gejolak kehidupan keluarga, konflik batin, juga tentang pergolakan perasaan. Seorang perempuan yang ingin membahagiakan kedua orang tuanya meski selama hidupnya tak pernah dianggap oleh keluarga. Ia menjadikan hidupnya sebagai pengabdian dan pembaktian diri pada orang tua. Seberapapun besarnya penolakan Ibunya yang menganggap dirinya tak berguna.

 “Aku tidak ingin mencari kebahagiaanku sendiri. Aku akan bahagia jika aku bisa melihat lebih dulu kebahagiaan orang-orang yang kusayangi. Sebab disanalah letak ibadahku sebagai anak yang harus berbakti kepada orang tua dan kakakku.” (hal.241)

Lewat karyanya, tokoh Aisya terus menabung demi mengumpulkan uang untuk mewujudkan kebahagiaan Ibu yang telah merawatnya. Meski kehidupannya terus dirundung pilu dan penderitaan yang tiada habisnya. 

Namun itu lah seorang perempuan bernama Aisya. Karakter hidupnya mampu mengajarkan kita untuk tidak begitu saja menyerah pada cobaan hidup yang mendera. Mengajarkan kita tentang arti ketulusan hati. Sebesar apapun keburukan yang diberikan orang-orang tersayang pada kita, membalasnya dengan jalan yang sama bukan lah solusi yang positif. Hal itu hanya akan berdampak buruk bagi hidup kita. Jalan terbaik adalah membalasnya dengan perlakuan yang lebih baik. Agar saatnya nanti, pintu hidayah akan membukakan hati orang-orang yang telah berbuat buruk pada kita. Dan merubah mereka menjadi diri yang lebih baik dari sebelumnya.

Sebuah novel tentang perjuangan keras seorang wanita yang bergelut dengan kerasnya hidup, dan dalam sakit wanita ini tetap terus berkarya sekaligus bertahan demi keluarga dan anak yang ada di dalam kandungannya. Kisah yang menggetarkan dan menyentuh sanubari.

M. Adib Susilo, Mahasiswa IAIN Walisongo Semarang dan Penikmat Novel. Anggota Forum Lingkar Pena Semarang.

Judul Buku      : Ada Tasbih di Hati Aisya
Penulis             : Wien Oktadatu Setyawati
Penerbit           : NAJAH (Diva Press)
Cetakan           : Pertama, Mei 2013
ISBN               : 978-602-7640-58-0
Tebal               : 414 Halaman

Link: http://mediamahasiswa.com/sastra/resensi/2013/07/23/bersahabat-dengan-ujian-hidup-pelecut-keimanan-dan-perbaikan-diri.html

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 comments:

Post a Comment