Bidadari Hati
Tahukah engkau
wahai Bidadari Hati, aku Manusia bodoh yang terlalu angkuh tuk mengerti hakikat
cinta yang suci,
Kau adalah wanita
yang mengajariku akan kemurnian hati, kesederhanaan kasih, dan ketulusan cinta
yang hakiki.
Ketika segala
kata dan rayuku mengusik kedamaian dirimu, engkau selalu membalasnya dengan
caramu yang indah. Tanpa ingin menyakiti hati, tanpa ingin melukai perasaan
ini, dan tanpa niat merusak jalinan kasih yang telah ada antara kita. Dengan
diammu.
Kutahu, telah
begitu banyak lelaki yang ingin merusak cita dan harapanmu sejak dini, saat
teman dan sahabat berubah menjadi orang yang ingin mencintaimu dengan setulus
hati, Engkau tolak mereka dengan diammu.
Dan mereka adalah
orang yang ketinggian ilmu dan kerendahan hatinya melebihi apa yang ada pada
diri ini.
Pantaskah aku mencintaimu? Pantaskah diri ini berharap tuk memilikimu suatu saat nanti? Aku tak pernah tahu.
Aku manusia bodoh
yang tak tahu diri,
Saat ku tahu
engkau berusaha menjaga perasaanku, aku selalu mengedepankan egoku untuk terus
merindukanmu.
Mungkin, engkau
menangis karena tak pernah bisa membuatku mengerti, mungkin engkau pernah kesal
akan kata-kata yang tak pernah ingin kau dengar, keluar dari bibirku. Atau
engkau pernah merasakan bosan yang luar biasa karena hadirku mengganggumu di
setiap detik waktumu.
Aku kini
mengerti, aku tak lebih baik dari mereka yang menginginkanmu membukakan hati
untuk mereka,namun kau tolak.
Suatu ketika kau
pernah berkata, “Jika Mas berkenan, jangan lagi merindukanku,”
Yah, itu lah caramu
mengajariku arti mencintai.
Namun, Bidadari
Hati, sketsa wajahmu yang begitu jelas pun tak mampu kumengerti. aku tak pernah
ingin berhenti merindukanmu, aku selalu mencintaimu. Apa pun yang terjadi aku
kan tetap menyayangimu meski ku tahu itu kan menyakiti hatimu.
Aku tak berharap
engkau mau membukakan hatimu untuk diri ini. Karena ku tahu, kau lah wanita
suci dengan ketulusan hati dan kematangan jiwa. Engkaulah wanita pilihan yang
diidamkan banyak orang.
Aku mencintaimu
karena bagiku engkau lah pilihan terbaik, dan engkau pun berhak memilih dan
mencintai orang yang kau pilih yang menurutmu terbaik. Tak usah kau hiraukan
rasa ini, bila kau tak menginginkannya. Tak usah kau beri belas kasih pada jiwa
ini yang tak tahu diri.
Aku hanya
berharap, engkau lah yang akan menjadi bidadari di surga dunia dan akhiratku
kelak, ibu dari anak-anak kita, dan pendamping setia dalam perjalanan hidupku.
Pantaskah aku
berharap, sedang diri ini belum mampu tuk menjadi imam yang baik, bahkan hanya
sekedar memberi tauladan yang baik pun aku tak berdaya. Aku tak memiliki
apa-apa tuk menjamin kebahagiaanmu kelak, aku bukan lah orang yang mampu kau
banggakan bila ku bersamamu. Tapi ada hal yang tak akan pernah berubah,
Bidadari Hati, I
Love You The Way You Are...
Bidadari Hati,
bila cinta butuh perjuangan, aku kan berjuang untuk mewujudkan harapanku tuk
hidup bersamamu, bukan berjuang untuk mendapatkanmu, namun berjuang membekali
diri, berjuang memperbaiki diri, hingga aku telah pantas bagimu.
Bidadari hati,
bila kau percaya takdir kan menuntun kita bertemu jodoh kita, aku tetap akan
mempercayaimu, kutitipkan keyakinanku padamu. Aku pun kan berjuang untuk
takdirku, dengan usaha, do’a dan tawakkal, mewujudkan harapanku menjalin kasih
denganmu dalam ikatan yang suci.
Dan Ma’af bila
terkadang aku terlalu cemburu, karena ku tak pernah bisa melewati hari
bersamamu. Namun, aku yakin, engkau memiliki alasan untuk hal itu. Sedang aku
tak pernah berhak cemburu.
Engkau lebih
bahagia ketika aku tak bersamamu, dan bahagiamu itu lah yang menentramkan
hatiku. Bidadari Hatiku, terbanglah engkau setinggi-tingginya, raihlah apa yang
kau cita-citakan. Karena itu lah harapan muliamu tuk membahagiakan kedua orang
tuamu.
Keyakinanku
padamu tak kan layu ditempa apa pun, bahwa di hatimu hanya ada Allah dan
keluargamu. Dan ku kan bersungguh-sungguh untuk mempersiapkan segala hal, yang
mengantarkan harapanku padamu. Ku ingin mengukir tempat di hatimu, untuk
namaku. Sebagai Imammu.
Namun, itu semua
bukanlah segalanya karena Kuasa Allah lah yang menentukan pada akhir tujuan.
Rancangan Allah pastilah yang Maha Baik. Dan bila takdirmu bukanlah untukku,
aku tak kan pernah menyesal mencintaimu. Dan sayangku akan selalu mengalir
untuk kebahagiaanmu. Mengenalmu adalah satu dari sekian banyak anugerah terindah
dalam hidupku. Mencintai dan menyayangimu adalah hal terindah. Aku tak kan
pernah ingin berpaling untuk mencari yang lebih baik darimu, karena ku ingin
engkaulah yang menjadi pilihan terbaikku.
Hatiku telah
memilihmu. Meski kata-katamu dulu masih saja terngiang, “Kalau memilih itu
dipikir benar-benar, jangan sampai menyesal.” Atau “ Masih banyak Mas Wanita
lain di Luar sana yang lebih baik dariku.” Tahukah engkau wahai Bidadari
Hatiku.
Kini, waktuku tak
lagi mencari dan membandingkan dirimu dengan lainnya, yang mungkin lebih baik.
Tugasku adalah menjawab sebuah pertanyaan “APAKAH AKU
TELAH CUKUP BAIK UNTUKMU, HINGGA KU BERHARAP BISA MEMILIKIMU DAN HIDUP
BERSAMAMU” karena bila
menjadi Imammu saja aku tak cukup baik, maka aku tak cukup pantas bagi wanita-wanita
yang lebih baik dari padamu. Aku hanya
ingin memilihmu, sebagai penyempurna kekurangan-kekuranganku.
Jagalah dirimu
untuk orang yang kau pilih kelak sebagai Imammu. Bidadari Pilihan Hatiku.
Langit Malam Kota Atlas, 25 Juni 2013
~ Ketika Hati Telah Memilih By Raihan Alam ~
0 comments:
Post a Comment