Merenungi Kembali Langkah Mengubah Hidup
Nasib dan takdir adalah sebuah ketentuan Allah yang telah tertulis di
Lauhul Mahfudz-Nya ketika manusia masih berada dalam rahim ibu (kandungan).
Namun Allah dalam firman-Nya juga telah memberikan kelapangan jalan bagi
seluruh hamba-Nya untuk mengubah hidup. Yang miskin akan dikayakan, yang bodoh
akan dicerdaskan, yang sakit akan disembuhkan, yang lemah akan dikuatkan, pun
demikian yang derajatnya rendah akan ditinggikan.
“sesungguhnya Allah itu hidup lagi Maha Mulia
dan Maha Pemurah. Dia malu apabila seseorang menengadahkan kedua tangannya,
untuk menolaknya dalam keadaan hampa dan sia-sia”
(H.R Tirmidzi)
Namun sayang, sebagian besar manusia telah melupakan jalan yang disediakan
oleh Allah untuk mengubah nasib tersebut. Tak ayal membuat mereka lebih memilih
untuk menempuh jalan lain ketimbang jalan cepat yang telah diajarkan oleh Allah
dan Rasul-Nya.
Banyak orang begitu menginginkan perubahan hidup ke taraf yang lebih baik
dari apa yang telah dimiliki sekarang. Mereka merasa telah melakukan berbagai
hal yang seharusnya dilakukan untuk mencapainya. Bekerja keras dan terus
bekerja. Berdo’a dan terus saja berdo’a. Tetapi ternyata nasib tak kunjung jua
beranjak dari keadaan semula. Hingga timbul lah pertanyaan semacam “ dimana kah
letak kesalahan kita?” dan itu lumrah terjadi.
Kesulitan silih berganti menghampiri, keputusasaan yang menerpa jiwa juga
tak luput dari diri, keletihan yang mendera raga pun terkadang membuat sebagian
dari mereka mengambil langkah dan keputusan yang salah dalam usaha mereka
mengubah nasib. Langkah dan keputusan
yang dampak negatifnya tak hanya menimpa diri mereka sendiri, namun juga
menyeret orang lain ke jurang kenistaan.
Bukan tentang apa yang salah, maupun tentang siapa yang salah. Ketika kita
telah sekuat tenaga berusaha dan telah begitu rajin berdo’a, hingga nasib pun
belum berubah, ternyata masih ada yang tertinggal yang belum kita jalankan.
Kita melalaikan hal-hal yang merupakan tujuh wasiat Rasulullah Saw agar dapat
mengubah nasib menjadi lebih baik.
Buku ini akan mengajak kita merenungi kembali bagaimana islam telah sejak
lama telah mengajarkan sebuah metode yang jika diterapkan dalam hidup,
insyaallah akan merubah hidup ke arah yang lebih baik. Di dalam buku setebal
162 ini penulis mengulas 7 wasiat Rasulullah yang terkadang terlupakan oleh
kita dalam kehidupan sehari-hari.
Wasiat 1: Dua Manusia Keramat, yang dengan ridhanya, ridha Allah
menyertai, mempercepat kesuksesan seseorang di Dunia. Wasiat 2: Membalik takdir dengan
do’a, mengulas esensi do’a kita beserta kemungkinan-kemungkinan yang
menghambat do’a kita. Wasiat 3: Allah mengabulkan hajat Ahli Taubat,
menitik beratkan pada hikmah dan tata cara bertaubat yang seharusnya sehingg
berefek pada kejiwaan manusia. Wasiat 4: Ikhtiar dan Tawakal, lebih
berbicara tentang kerja keras, pengabdian, godaan budaya intstan, serta
pemahaman “Kun Fa Ya Kun’ nya Allah.” Wasiat 5: Bantulah Yatim,
menyadarkan kita bahwa kita lah yang sebenarnya membutuhkan mereka. Wasiat 6: Melipatgandakan
Nikmat dengan Syukur, mendidik kita untuk tidak terlalai dalam nikmat.
Wasiat 7: Mengubah nasib dengan keajaiban sedekah, menawarkan pada kita
konsep Give to Get.
Buku ini memaparkan persoalan-persoalan yang berhubungan dengan bagaimana
sebenarnya keberadaan manusia dalam usahanya untuk mengubah keadaan dirinya ke
arah yang lebih baik. Penulis dengan bahasa lugas dan santun, serta mengemas
kata secara ringan dapat menyejukkan hati pembaca. Menjadikan buku ini patut
dibaca oleh setiap orang untuk lebih memaknai hidup serta usaha dalam proses
perbaikan diri menjadi lebih baik.
M. Adib Susilo, Mahasiswa IAIN Walisongo Semarang, Penikmat buku di PesMa Daarun Najaah
Semarang.
Judul Buku : Karena Allah Tidak Tidur, 7 Wasiat
Rasulullah untuk Mengubah Nasib
Penulis : Ahmad Rifa’i Rif’an
Cetakan : I,
2011
Penerbit : Az-Zahra Media
ISBN : 978-979-1898-99-7
Tebal : 176 Halaman
Link: http://eramadina.com/karena-allah-tidak-tidur/
Link: http://eramadina.com/karena-allah-tidak-tidur/
0 comments:
Post a Comment