Belajar Hidup dari Sebuah Novel Biografis Anak Negeri
Masa kecil adalah masa dimana proses pembudayaan diri seseorang
bermula. Dan kehidupan keluarga berperan besar dalam
membangun kualitas karakter diri seorang anak.
Bahkan masa kecil terkadang menjadi kisah yang paling mengesankan bila
menyangkut kenangan seorang anak pada orang tua, juga orang-orang di
sekelilingnya.
Novel Anak Sejuta Bintang merupakan sebuah novel biografis yang
terinspirasi dari kisah masa kecil Ical, nama akrab Aburizal Bakrie, hingga
menjelang ia remaja. Menyusuri kembali puing-puing perjalanan masa lalu seorang
anak negeri yang penuh dengan keriangan, sengitnya persaingan,
percikan-percikan cinta, kebersamaan, keluguan dan kegilaan dunia anak-anak.
Kemeriahan Perayaan Cap Go Meh di Emma Laan (Jalan Slamet Riyadi) di
daerah Jakarta Timur mengawali kisah
perjalanan panjang penuh cahaya seorang Ical yang tertuang dalam buku ini.
Ditengah berbagai aksi pertunjukan dan Barongsai yang telah berhasil membuat
Ical terkagum, Pak Bakrie dan Ical dikejutkan oleh suara Pak Soen Tjiang,
pengusaha kayu sukses yang berjuang melestarikan Budaya Seni, ketika Pemerintah
Cuma sibuk omong politik. Ia sekaligus pemilik Rumah sewa yang ditempati
keluarga Bakrie. Dan pada kesempatan itu, ia telah terpikat pada Ical, anak
sejuta bintang.
“Anak ini masih kecil tapi sudah hebat, Kemalen saya lihat ia masih
takut Liong. Eh, sekalang sudah belani, mentalnya begini.”
Kata Ie Soen Tjiang seraya mengacungkan jempolnya.(hal. 47)
“Anak yang mentalnya kuat sejak kecil, mau jadi apa saja pasti sukses.
Tapi, bialpun pintel setinggi langit kalau mentalnya goyang mulu
kayak gempa bumi, olang sepelti itu bakal nyusahin.” Pesan Soen
Tjiang dengan logat khasnya sebelum pergi.(hal. 48)
Kebahagiaan menghampiri keluarga Bakrie, saat masa kehamilan ketiga Roosniah,
istrinya, semakin besar. Serta rencana liburan ke puncak karena selama ini,
pasca masa-masa sulit perusahaan Bakrie yang hampir bangkrut, Bakrie beserta
keluarga jarang ada waktu untuk bersama.
Bakrie lebih banyak di kantor untuk mengerahkan seluruh tenaga mencoba
bangkit demi perusahaan yang telah lama didirikannya. Hingga keinginan Bakrie
untuk membeli Villa di Cipanas yang diutarakan pada istrinya.
Namun, sebaik-baik rancangan manusia akan masa depan, Kuasa Tuhan Yang Maha
Segala tetaplah yang menentukan. Kebahagiaan dalam keluarga ini seketika
menguap. Diawali dengan rasa terpukul Roosniah mengetahui putra ketiganya
dipanggil sebegitu cepat setelah proses kelahiran yang berjalan lancar.
Semangat bekerja Pak Bakrie menurun. Namun di tengah kesedihan yang menyelimuti
keluarga mereka, dukungan keluarga besar mereka pun terus mengalir juga
kedatangan kerabat-kerabatnya yang ingin menumpang hidup di rumahnya. Keluarga
Bakrie tak pernah keberatan. Tapi di sisi lain hal ini lah yang kemudian hari
berakibat buruk bagi Ical dan Odi.
Berlibur di Cipanas menjadikan terapi yang efektif bagi Ical dan Odi, juga
menambah pengalaman hidup mereka. disana mereka bertemu Milun, anak desa
penjual ubi goreng yang bekerja keras untuk menyambung kelangsungan hidup
keluarganya.
Ketika usia Ical hampir 5 Tahun, tibalah bagi Ical untuk masuk sekolah dan
tak berselang lama, Roosniah kembali di karuniai seorang Putra. Dan petualangan
Ical pun dimulai, berkenalan dengan tempat sekolah yang baru, teman-teman baru,
serta guru-guru yang berkepribadian. Meski sekolahnya hanyalah sebuah garasi
yang disulap jadi tempat belajar, tak mengurangi keceriaan Ical dan
teman-temannya. Bahkan ketika sekolahnya menjadi Sekolah Besar, Ical terus
berprestasi meraih puncak juara berturut-turut yang membuatnya mendapat julukan
“anak sejuta bintang”, hingga detik-detik akhir, harapannya tak sesuai
kenyataan. Ia dikalahkan oleh teman yang selama ini berada satu tinggkat
dibawahnya. Namun hal itu tak membuatnya terlarut dalam kesedihan. Ia semakin
bangkit dan tersadar bahwa hidup itu tak semudah apa yang kita inginkan.
Terkadang dikalahkan itu bisa menjadi fase yang sangat penting untuk kemajuan
hidup.
Kemapanan yang mengelilingi Ical kecil, tak menjadikannya manja ataupun
anak yang suka bergantung pada orang tua. Karena ical dikelilingi cinta kasih
Orang tua dan sahabat-sahabat di sekelilingnya. Sahabat yang berbeda karakter
serta guru-guru yang selalu mengajarkan mereka kebaikan hidup.
Di dalam buku setebal 405 halaman ini juga diselipi oleh sedikit
unsur-unsur sejarah yang mungkin sudah menjadi bagian dari hidup Ical semasa
kecil. Petikan-petikan nasehat sarat hikmah juga tersemat dalam kisah-kisah
Ical mengarungi kehidupan masa kecilnya. Beserta cuplikan pengajaran dan
didikan pak Bakrie, ayah Ical, serta kesabaran Roosniah dalam menghadapi
tingkah pola anak-anaknya. Novel ini mengandung banyak hikmah dan pelajaran
akan lika-liku kehidupan yang selalu beriring dengan kesuksesan dalam hidup.
Mengajarkan kita akan kebijaksanaan sikap dalam menghadapi segala masalah yang
datang.
Anak Sejuta Bintang mengajarkan kita bahwa kesuksesan bukanlah ditentukan
oleh siapa orang tua kita, bukan pula masalah status dan kekayaan orang tua.
Namun lebih pada pola asuh yang diberikan orang tua di masa pertumbuhan anak.
Dengan penulisan yang lugas, gaya bahasa yang segar dan menghibur, serta
memuat nilai-nilai luhur yang bisa dipetik oleh generasi penerus bangsa.
Menjadikan buku ini patut untuk dibaca oleh semua orang tua, pendidik,
anak-anak dan remaja. Serta layak dijadikan sebagai dasar pengajaran anak
terutama di masa pertumbuhan.
Selamat membaca...!
M. Adib Susilo, Mahasiswa IAIN Walisongo Semarang dan Penikmat Buku di
PesMa Daarun Najaah Semarang
Judul Buku : Anak Sejuta
Bintang: Perjalanan Panjang Penuh Cahaya
Penulis : Akmal Nasery
Basral
Penerbit : Expose (Group
Mizan)
Cetakan : I Januari 2012
Tebal : 405 halaman
ISBN : 978-602-99072-2-3
Link: http://radarseni.com/2013/07/06/menyulam-hikmah-dari-sebuah-novel-biografis-anak-negeri/
0 comments:
Post a Comment