By: Raihan Alam
Kini ku berdiri di penghujung malam. Merasakan semilir angin yang mencekam. Menyayat dingin kulit berbalut derita. beribu bayangan menggelayuti setiap jengkal pandanganku. Dosa-dosa itu terus menghantui hidupku. seakan mereka tak mau membiarkanku pergi begitu saja. Aku menyesal pernah melakukannya, meski beribu kata ma'af kuucapkan. setiap malam ku terbangun dan bermunajat mengharap ampunan-Nya, namun perasaan bersalah akan tetap ada. Bersemayam dalam hati ini. Aku Hamba-Nya yang berlumur dosa, tak lagi ingin mengulangi kesalahan yang sama. Sudah cukup nestapa masa lalu kujadikan pelajaran hidup yang bermakna, meski rasa itu, sekali lagi harus kukatakan. Ia kan selalu ada. — di Tembok Derita, Bersandar duka Lara.
Kini ku berdiri di penghujung malam. Merasakan semilir angin yang mencekam. Menyayat dingin kulit berbalut derita. beribu bayangan menggelayuti setiap jengkal pandanganku. Dosa-dosa itu terus menghantui hidupku. seakan mereka tak mau membiarkanku pergi begitu saja. Aku menyesal pernah melakukannya, meski beribu kata ma'af kuucapkan. setiap malam ku terbangun dan bermunajat mengharap ampunan-Nya, namun perasaan bersalah akan tetap ada. Bersemayam dalam hati ini. Aku Hamba-Nya yang berlumur dosa, tak lagi ingin mengulangi kesalahan yang sama. Sudah cukup nestapa masa lalu kujadikan pelajaran hidup yang bermakna, meski rasa itu, sekali lagi harus kukatakan. Ia kan selalu ada. — di Tembok Derita, Bersandar duka Lara.
0 comments:
Post a Comment