Aku memandangi langit sore ini. Namun aku tak lagi melihat wajahmu disana. Di balik senja yang merona merah. Kakiku terpaku di bukit tempat kita merajut cita, merangkai mimpi bersama. Setahun yang lalu, di tempat ini pula kuperkenalkan dirimu dengan dia, kakakku yang pertama. Bertahun-tahun kupendam rasa ini, berharap suatu saat kan ku ungkapkan semua yang kurasakan, di bawah langit bermandikan senja dengan dasar laut yang mengharu biru. Namun ternyata aku sadar, saat itu tak akan pernah tiba. Aku hanya akan menyiksa diriku bila terus menjaga mimpi kita, mimpi yang sampai saat ini masih ku coba tuk membangunnya.
Aku harus merelakanmu pergi meninggalkanku yang terlalu berharap pada mimpi-mimpi kita. Meski setiap hari kau tersenyum padaku, itu semua tak ada arti lagi bagiku. Yang ada hanyalah senyum getir hatiku yang terluka. Tercabik dimensi tak bermakna. Yang kuinginkan sekarang adalah melupakanmu, dan mencoba bangkit dari tidur panjangku selama ini. Aku ingin mencari mimpi yang lain, mimpi yang ingin kubangun dari nol, berapa pun harga yang harus kubayar, aku akan memulai semuanya dari awal.
Raihan Alam – di Penghujung Telaga Inspirasiku
0 comments:
Post a Comment